Wednesday, October 31, 2012

Pupuh Sinom



  1. Iseng-isengan manyurat (8i)
    Nanging sekare ka Widhi (8a)
    Mangapus Bharatayudha (8a)
    Ninggarang mamunyi Bali (8i)
    Sinampura Dewa Gusti (8i)
    Antuk Ida dane ipun (8u)
    Mamunggelang punang crita (8a)
    Duk Sang Salya Senapati ((8i)
    Sampun puput (4u)
    Kabiseka jaya-jaya (8a)
  2. Ne mangkin kalungang-lungang
    Ortane rauh sujati
    Kaatur ring Sang Pandawa
    Keweh pangeraas mangkin
    Mawinang maminehin
    Sang Kresna nyanggra masaur
    Ngawijilang pangupaya
    Patut pamargine nyilib
    Tur kadauh
    Yogia Ida Sang Nakula.

Tradisi Megeret Pandan (Tenganan)

Upacara sakral Mageret Pandan dilakukan selama tiga hari. Yakni dua hari lalu di lakukan di Bale Patemon (Balai Pertemuan) Selatan, di Bale Patemon Utara dan di Bale Patemon Tengah. Selain memiliki nilai seni yang tinggi upacara yang rutin dilakukan setiap tahun berdasarkan penanggalan khusus ini juga memiliki makna yang berkaitan dengan Usaba Sambeh didesa tersebut. Selain itu, Mageret Pandan atau Perang Pandan juga menjadi sarana latihan ketangkasan seorang prajurit.Menurut masyarakat Tenganan adalah penganut Agama Hindu namun cenderung menganut aliran Dewa Indra sebagai Dewa Perang. Yang terpenting dalam perang pandan tersebut tidak ada menang kalah. Kalau ada yang sampai terluka akibat goresan pandan akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari cuka kunir dan isen. Tak heran jika Perang pandan ini menjadi tontonan menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara

Source



Wednesday, October 24, 2012

Berkunjung ke Banjar Tangtu


Pada saat pelajaran Budaya Bali pada Kamis, 23 Agustus 2012 lalu, Ibu Sukeni mengajak murid-murid akselerasi kelas X Sekolah Dyatmika  untuk berkunjung ke Banjar Tangtu untuk mengenal salah satu budaya Bali. Banjar adalah pembagian wilayah administratif di Bali yang setara dengan Rukun Warga (RW). Kami memilih mengunjungi Banjar Tangtu karena sekolah kami memasuki daerah Banjar tersebut.

Di Banjar Tangtu, terdapat kepala dusun, pkk, sekaa gong Dharma Putra, sekaa truna-truni Dharma Remaja, sekaa  kidung Dharma Swara, poskamling, pecalang, posyandu, lembaga pendidikan paud (pendidikan anak usia dini) Putra Prima Duta, serta koperasi kecil yang hanya buka pada hari Selasa dan Jumat pada malam hari. Di banjar hanya terdapat 1 toilet dan yang membersihkan disebut dengan kesinoman yang dipiketkan setiap bulan.

Struktur Banjar tersebut dikepalai oleh seorang Kelian Banjar. Beliau yang mengatur tentang desa, tetapi, kelian banjar tidak boleh memutuskan keputusan dengan hendaknya sendiri. Segala masalah harus diputuskan dengan cara musyawarah bersama masyarakat banjar. Pemilihan kepala banjar dilaksanakan setiap 5 tahun sekali dengan cara dipilih.

Di banjar, rapat disebut juga dengan sangkep, dan disinilah mereka bermusyawarah bersama, membahas masalah-masalah, yang dipimpin oleh kelian banjar. Sangkep diadakan setiap Kajeng Kliwon. Jika terdapat rapat dalam keadaan darurat, rapat tersebut tidak lagi dikatakan sebagai sangkep namun dikatakan sebagai samua.

Di dalam banjar terdapat sekertaris yang disebut sebagai penyarikan dan bendahara banjar yang disebut sebagai juru raksa. Secara umum, anggota banjar disebut dengan krama banjar. Uniknya sebuah banjar di Bali ialah mereka tidak menggunakan telepon untuk memanggil warga jika ada sangkep, tetapi mereka menggunakan alat yang dipukul yang disebut kulkul. Di banjar ada bale kulkul yang paling tinggi- pelinggih ratu gede, ada bale kulkul ada yang bulat besar nengneng dikatakan begitu karena suaranya berbunyi “neng neng neng” digunakan untuk seka truna. Kemudian kulkul kecil untuk sekaa gon, dan yang paling besar untuk banjar, untuk komunikasi pada hari tertentu. Contohnya setiap tanggal 5, kulkul PKK dipukul karena ada arisan PKK.

Sekian cerita saya tentang berkunjung ke Banjar Tangtu bersama sekolah.